Bahan organik sangat
berpengaruh bagi proposi tanah sebagai sumber pasokan hara tanah, pasokan ini
akan menyebabkan perubahan sifat fisik, biologi, dan kimia tanah. Dampak yang
akan terjadi pada tanah yaitu akan mengurangi ketersediaan bahan organik dalam
tanah, sehingga tanaman tidak dapat tumbuah dengan baik, dan akan menyebabkan
tanah mengeras. Syarat tanah dapat dijadikan sebagai tempat tumbuh tanamaan
yaitu memiliki bahan organik yang cukup serta fisik dan kimia yang baik, karena
keadaan fisik dan kimia ini akan mempengaruhi perakaran tanaman dan mampu
sebagai tempat airasi dan lengas tanah semua hal tersebut berkaitan dengan
bahan organik. Tanah yang memiliki kandungan bahan organik rendah akan
mempengaruhi sifat fisik yang meliputi: struktur, konsistensi, porositas, daya
mengikat air, dan yang tak kalah penting yaitu ketahanan terhadap erosi.
Peran bahan organik
bagi kesuburan tanah dapat di bagi menjadi tiga kata gori yaitu:
- Peran Bahan Organik Terhadap kesuburan Fisik Tanah
Bahan organik tanah adalah salah satu bahan pembentuk
agregat tanah, yang berperan sebagai mempersatu agar terjadi agregat tanah.
Sehingga bahan organik ini memeliki peran dalam pembentukan struktur tanah
sehingga bhan organik penting bagi pembentukan struktur tanah. Pengaruh bahan organik
terhadap fisik tanah berkaitan dengan peningkatan porositas tanah. Porositas tanah adalah ukuran yang menunjukan
bagian tanah yang tidak terisi bahan padatan tanah yang terisi oleh udara dan
air. Pori tanah sangat berpengaruh
terhadap ketersediaan udara dan air dalam tanah. Pori tanah dapat dibagi
menjadi dua, pori makro, meso, dan mikro. Pori makro dikenal dengan pori
kapilar, pori meso yaitu pori yang mempunyai drenase yang buruk, sedangkan pori
makro sulit menahan air. Pori makro ini tidak baik bagi tanaman karena ketersediaan
air yang dibutuhkan oleh tanaman sangat sedikit, untuk itu penambahan bahan organik
ini dapat memperkecil pori tanah agar dapat menahan air yang masuk. Dengan
penambahan bahan organik (pupuk kandang) akan meningkatkan pori total tanah dan
akan menurunkan berat volume tanah. Airasi tanah berkaitan dengan pemanfaatan
mikroorganisme dlam tanah dan akar tanaman, karena airasi terkait dengan O2
dalam tanah. Dengan demikian airasi akan mempengaruhi mikro organism dalam
tanah.
- Peran Bahan Organik Terhadap kesuburan Kimia Tanah
Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain
terhadap kapasitas
pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH tanah, daya sangga tanah dan terhadap keharaan tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkan
muatan negatif sehingga
akan meningkatkan kapasitas pertukaran kation (KPK). Bahan organik memberikan
konstribusi yang nyata terhadap KPK tanah. Kapasitas pertukaran kation (KPK)
menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan kation-kation dan mempertukarkan
kation-kation tersebut termasuk kation hara tanaman. Kapasitas pertukaran
kation penting untuk kesuburan tanah. Humus dalam tanah sebagai hasil proses
dekomposisi bahan organik merupakan sumber muatan negatif tanah, sehingga humus
dianggap mempunyai susunan koloid sepert lempung, namun humus tidak
semantap koloid lempung, dia bersifat dinamik, mudah dihancurkan dan dibentuk.
Sumber utama muatan negatif humus sebagian besar berasal dari gugus karboksil (-COOH)
dan fenolik (-OH)nya. Muatan koloid humus bersifat berubah-ubah tergantung dari
nilai pH larutan tanah. Dalam suasana sangat masam (pH rendah), hidrogen akan
terikat kuat pada gugus aktifnya yang menyebabkan gugus aktif berubah menjadi
bermuatan positip (-COOH2+dan –OH2+), sehingga koloid
koloid yang bermuatan negatif menjadi rendah, akibatnya KPK turun. Sebaliknya
dalam suasana alkali (pH tinggi) larutan tanah banyak OH-, akibatnya terjadi pelepasan H+ dari gugus organik dan terjadi peningkatan muatan negatif (-COO-, dan –O-), sehingga KPK
meningkat. Penggunaan bahan organik (kompos) memberikan pengaruh yang lebih
baik terhadap karakteristik muatan tanah masam (Ultisol) dibanding dengan
pengapuran
Fraksi organik dalam tanah berpotensi dapat berperan untuk
menurunkan kandungan pestisida secara nonbiologis, yaitu dengan cara
mengadsorbsi pestisida dalam tanah. Mekanisme ikatan pestisida dengan bahan
organik tanah dapat melalui: pertukaran ion, protonisasi, ikatan hidrogen, gaya
vander
Waal’s dan ikatan koordinasi dengan ion logam
(pertukaran ligan). Tiga faktor yang menentukan adsorbsi pestisida dengan bahan
organik : (1) karakteristik fisika-kimia adsorbenya (koloid humus), (2)
sifat pestisidanya, dan (3) Sifat
tanahnya, yang meliputi kandungan bahan organik, kandungan dan jenis
lempungnya, pH, kandungan kation tertukarnya, lengas, dan temperatur tanahnya
Pengaruh penambahan bahan organik terhadap pH tanah dapat
meningkatkan atau menurunkan tergantung oleh tingkat kematangan bahan organik
yang kita tambahkan dan jenis tanahnya. Penambahan bahan organik yang belum
masak (misal pupuk hijau) atau bahan organik yang masih mengalami proses
dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan pH tanah, karena selama proses
dekomposisi akan melepaskan asam-asam organik yang menyebabkan menurunnya pH
tanah. Penamhan bahan organik pada tanah masam, antara lain inseptisol,
ultisol dan andisol mampu meningkatkan pH tanah dan mampu menurunkan Al
tertukar tanah. Peningkatan pH tanah juga akan terjadi apabila bahan organik
yang kita tambahkan telah terdekomposisi lanjut (matang), karena bahan organik
yang telah termineralisasi akan melepaskan mineralnya, berupa kation-kation
basa.
Peran bahan organik terhadap ketersediaan hara dalam tanah tidak
terlepas dengan proses mineralisasi yang merupakan tahap akhir dari proses perombakan
bahan organik. Dalam proses mineralisasi
akan dilepas mineral-mineral hara tanaman dengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg dan
S, serta hara mikro) dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil. Hara N, P dan
S merupakan hara yang relatif lebih banyak untuk dilepas dan dapat digunakan
tanaman. Bahan organik sumber nitrogen (protein) pertama-tama akan mengalami
peruraian menjadi asam-asam amino yang dikenal dengan proses aminisasi,
yang selanjutnya oleh sejumlah besar mikrobia heterotrofik mengurai menjadi
amonium yang dikenal sebagai proses amonifikasi. Amonifikasi ini
dapat berlangsung hampir pada setiap keadaan,
sehingga amonium dapat merupakan bentuk nitrogen anorganik (mineral) yang utama
dalam tanah. Nasib dari amonium ini antara lain dapat secara langsung diserap
dan digunakan tanaman untuk pertumbuhannya, atau oleh mikroorganisme untuk
segera dioksidasi menjadi nitrat yang disebut dengan proses nitrifikasi.
Nitrifikasi adalah proses bertahap yaitu proses nitritasi yang
dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas dengan menghasilkan nitrit, yang
segera diikuti oleh proses oksidasi berikutnya menjadi nitrat yang dilakukan
oleh bakteri Nitrobacter yang disebut dengan nitratasi. Nitrat
merupakan hasil proses mineralisasi yang banyak disukai atau diserap oleh
sebagian besar tanaman budidaya. Namun nitrat ini mudah tercuci melalui air
drainase dan menguap ke atmosfer dalam bentuk gas (pada drainase buruk dan
aerasi terbatas).
Pengaruh bahan organik terhadap ketersediaan P dapat secara
langsung melalui proses mineralisasi atau secara tidak langsung dengan membantu
pelepasan Pyang terfiksasi. Bahan
organik di samping berperan terhadap ketersediaan N dan P, juga berperan
terhadap ketersediaan S dalam tanah. Di daerah humida, S-protein, merupakan
cadangan S terbesar untuk keperluan tanaman. Mineralisasi bahan organik akan
menghasilkan sulfida yang berasal dari senyawa protein tanaman. Di dalam
tanaman, senyawa sestein dan metionin merupakan asam amino
penting yang mengandung sulfur penyusun protein. Protein tanaman mudah sekali
dirombak oleh jasad mikro. Belerang (S) hasil mineralisasi bahan organik,
bersama dengan N, sebagian S diubah menjadi mantap selama pembentukan humus. Di
dalam bentuk mantap ini, S akan dapat terlindung dari pembebasan cepat.
- Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Biologi Tanah
Bahan organik merupakan sumber energi bagi makro dan mikro-fauna
tanah. Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan
populasi mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan
aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Beberapa mikroorganisme
yang beperan dalam dekomposisi bahan organik adalah fungi, bakteri dan
aktinomisetes. Di samping mikroorganisme tanah, fauna tanah juga berperan dalam
dekomposi bahan organik antara lain yang tergolong dalam protozoa, nematoda, Collembola,
dan cacing tanah. Fauna tanah ini berperan dalam proses humifikasi dan
mineralisasi atau pelepasan hara, bahkan ikut bertanggung jawab terhadap
pemeliharaan struktur tanah. Mikro flora dan fauna tanah ini saling
berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik, kerena bahan organik
menyediakan energi untuk tumbuh dan bahan organik memberikan karbon sebagai
sumber energi.
Pengaruh positip yang lain dari penambahan bahan organik adalah
pengaruhnya pada pertumbuhan tanaman. Terdapat senyawa yang mempunyai pengaruh
terhadap aktivitas biologis yang ditemukan di dalam tanah adalah senyawa
perangsang tumbuh (auxin), dan vitamin. Senyawa-senyawa ini di dalam tanah
berasal dari eksudat tanaman, pupuk kandang, kompos, sisa tanaman dan juga
berasal dari hasil aktivitas mikrobia dalam tanah. Di samping itu,
diindikasikan asam organik dengan berat molekul rendah, terutama bikarbonat
(seperti suksinat, ciannamat, fumarat) hasil dekomposisi
bahan organik, dalam konsentrasi rendah dapat mempunyai sifat seperti senyawa
perangsang tumbuh, sehingga berpengaruh positip terhadap pertumbuhan tanaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar