BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kandungan air tanah juga sangat berpengaruh terhadap pengolahan tanah. Penggolongan
kadar air tanah (jenuh, lembab dan kering) mengikuti kondisi lapangan yang
biasa terdapat dan berlaku dikalangan petani. Tanah jenuh adalah kondisi tanah
yang jenuh air. Kondisi tanah jenuh memiliki sifat lunak, lekat dan liat.
Sedangkan tanah kering adalah tanah yang sama sekali tidak terairi, tanah kering
dicirikan oleh tanahnya bersifat kering, retak-retak, keras dan kasar bila
diraba. Untuk tanah lembab dicirikan pada kondisi air tanah yang optimum yaiti
terjadi penggenangan sampai batas kapasitas lapang atau kondisi remah. Menurut
(Ayers dan perumpral) (1982) hal :
48.
Pengaruh pH umumnya
terbesar pada pertumbuhan tanaman adalah pengaruh pH terhadap persediaan hara.
Persediaan atau kelarutan beberapa hara tanaman berkurang dengan peningkatan pH
tanah (Foth, 1998) Kemasaman tanah
(pH) dapat dikelompokkan sebagai berikut :pH < 4,5 (sangat masam) pH 6,6 -
7,5 (netral )pH 4,5 - 5,5 (masam) pH 7,6 - 8,5 (agak alkalis )pH 5,6 - 6,5
(agak masam) pH >8,5 (alkalis) Pada tanah masam, ketersediaan beberapa hara
lebih rendah dari tanah netral, serta kemungkinan besar muncul keracunan besi
(Fe++) pada pH tanah <4.5. Ciri tanah yang keracunan Fe adalah
muncul bintik seperti karatan pada daun padi. Pada saat keracunan Fe disarankan
untuk menerapkan system draenas berselang dengan tujuan untuk membuang larutan
tanah yang mengandung besi (Fe) tinggi. Diantara
berbagai macam unsur hara yang dibutuhkan tanaman Nitrogen merupakan salah satu diantara unsur
hara makro tersebut yang sangat besar peranannya bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Nitrogen memberikan pengaruh besar terhadap
perkembangan pertumbuhan. Diantara tiga unsur yang biasa mengandung pupuk
buatan yaitu kalium, fosfat, dan nitrogen, rupanya nitrogen mempunyai efek
paling menonjol. Bahan organik dalam tanah dapat didefinisikan sebagai
sisa-sisa tanaman dan hewan di dalam tanah pada berbagai pelapukan dan terdir
dari organisme yang masih hidup ataupun yang sudah mati. Didalam tanah, bahan
organik bisa berfungsi dan memperbaiki sifat kimia, fisika, biologi tanah
sehingga ada sebagian ahli menyatakan bahwa bahan organik di dalam tanah
memiliki fungsi yang tak tergantikan. Tanah
dengan kandungan bahan organik tinggi mempunyai kapasitas penyangga
tiang rendah apabila basah. Kemampuan tanah untuk menyimpan air salah satunya
air hujan menentukan juga spesies apa yang tumbuh. Kadar lengas merupakan salah
satu sifat fisika tanah untuk mengetahui kemampuan penyerapan air dan
ketersediaan hara pada setiap jenis tanaman.
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
3.1
Tempat dan Waktu
Tempat
dilaksanakannya praktikum kesuburan tanah adalah di Laboraturium Ilmu tanah da
lingkungan, Agrokomplek lantai dasar, Fakultas Pertanian Universitas Udayana,
Denpasar. Sedangkan waktu dilaksanakannya praktikum dibagi menjadi tiga
diantaranya pada tanggal 30 November, 7 Desember, dan 14 Desember 2011.
3.2
Alat dan Bahan
1. Penetapan
kadar air tanah
Alat – alat yang
digunakan dalam penetapan kadar air tanah diantaranya timbangan, saringan,
tanur pengering ( oven ),pipet, tin dan eksikator. Sedangkan bahan yang
digunakan diantaranya sampel tanah dan air.
2. Penetapan
kemasaman tanah
Alat – alat yang
digunakan diantaranya timbangan, piala ( beaker glass ), pengaduk gelas, dan
alat ph. Sedangkan bahan – bahan yang digunakan diantaranya sampel tanah dan
air destilata.
3. Penetapan
kadar garam total
Alat – alat yang
digunakan diantaranya konduktometer, timbangan, saringan. Sedangkan bahan –
bahan yang digunakan diantaranya 10 gram tanah kering dan 25 ml air destilat.
4. Penetapan
kadar bahan organik tanah
Alat – alat yang
digunakan diantaranya labu takar 50 ml, pipet 10 ml dan 5 ml, gelas ukur 10 ml,
kasa berlapis, asbes, botol pemancar air, labu Erlenmeyer 50 ml, buret dan
neraca. Sedangkan bahan yang digunakan diantaranya 1 gram sampel tanah, 10 ml K2Cr2O7,
10 ml H2SO4, 5 ml H3PO4, 1 ml DPA,
dan 15 ml aquades.
5. Penetapan
nitrogen total
Alat – alat yang
digunakan diantaranya labu kjeldahl 100ml, alat destruksi, alat penyulingan,
gelas ukur 50 ml dan 100 ml, Erlenmeyer 100 ml, buret dan neraca. Sedangkan
bahan yang digunakan diantaranya asam sulfat pekat, campuran selenium, 1,55
gram CuSO4 anhidrus, 96,6 gram Na2SO4 anhidrus, 1,55 gram selen, asam borat 1
%, asam sulfat 0,05 N, natrium hidroksida 30 %.
3.3
Cara Kerja
1) Penetapan
kadar air tanah
Tahap – tahapan
pengerjaanya sebagai berikut :
a) Ambil
tanah yang keringudara yangtelah diayak, kemudian hentakkan 4 sampai 5 kali
botol tersebut supaya tanah dalam botol jamm tadi dapat tersususn secara
teratur.
b) Tanah
di dalam botol jam tersebut ditetesi air secra perlahan- lahan engan memakai
pipet kurrang lebih 2/3 dari ujung botol, selanjutnya botol ditutup dan
dibiarkan semalam.
c) Kemudian
ambil contoh tanah untuk dikeringkan did lam oven dengan prosedur yang sama
seperti pada keadaan kering udara tadi.
d) Asetelah
mencapai berat yang konstan kadar air dapat dihitung dengan cara : % air =
berat tanh mula – mula – berat tanah kering mutlak x
100%
Berat
tanah kering mutlak
2) Penetapan kemasaman tanah ( Ph)
Tahapan –
tahapan penetapan kemasaman tanah diantaranya :
a) Timbang
10 gram tanah dan masukan ke dalam piala ( buker glass ) ukuran 50 ml.
b) Tamabahkan
25 ml air destilata dan aduk perlahan – lahan dengan pengaduk gelas.
c) Kemudian
biarkan selama 30 menit, selanjutnya ukur dengan ph meter.
d) Masukan
elektroda ke dalam suspense dan tetapkan ph tersebut.
e) Setiap
habis pengukuran Ph, elektroda harus dibilas dan dibersihkan dengan air
destilata. Dijaga agar elektroda selalu terendam di dalam air destilata,
apabila tidak dipakai direndam dengan KCL jenuh.
3) Penetapan kadar garam total
a) Tombol
suhu konduktometer disesuaikan dengan suhu suspensi tanah dan tombol koreksi
tetapan sel disesuaikan dengan mengecek larutan KCL 0,01 N yang telah diketahui
E.C nya 250C. Hal ini penting untuk mengecek konduktometer bekerja
dengan baik.
b) Timbang
10 gram tanah kering udara yang telah diayak dan dimasukan ke dalam botol
pengocok.
c) Kemudian
tambahkan 25 ml air destilat dan kocok selama 1 jam, selanjutnya disaring
dengan kertas saring.
d) Kemudian
filtratnya diambil untuk diukur E.C nya dengan konduktometer.
e) Catat kehantaran listrik dari filtrattanah
tersebut secara hati – hati dan perhatikan elektroda yang digunakan, karena
masing – masing elektroda mempunyai koreksi yang berbeda.
f) Pembacaan
terhadap konduktometer dicatat dalam tiga decimal.
4) Penetapan
kadar bahan organic tanah
a) 1
gram sampel tanah dimasukan ke dalam botol dan ditambahkan 10 ml K2Cr2O7, 10 ml
H2SO4 reaksikan dan putar – putar selama 1 menit.
b) 5
ml H3PO4 ditambahkan 1 ml DPA dijadikan volumenya 50 ml
dengan menambahkan aquades dan biarkan mengendap.
c) Pipet
5ml cairan jenuh dimasukan ke dalambotol dan ditambahkan 15 ml aquades
selanjutnya dikocok rata.
d) Ditiler
dengan FeSO4 sampai terjadi perubahan warna menjadi hijau.
e) Catat
volume FeSO4 yang digunakan.
5) Penetapan
nitrogen total dalam tanah
a) Timbang
1 gram tanah yang telah halus ( telah diayak dengan saringan 0,5 mm ) dan
masukan ke dalam labu Ljeldahl 100 ml.
b) Tambahkan
1 gram campuran selen dan 3 ml H2SO4 pekat.
c) Kemudian
panaskan di atas alat destruksi, mula – mula dengan nyala kecil selama 15
menit, kemudian nyala dibesarkan hingga larutan jernih. Pemanasan dilanjutkan
hingga 15 menit.
d) Setelah
didinginkan ditambahkan 10 ml air murni dan dipindahkan ke dalam labu
penyulingan.
e) Encerkan
dengan air murni sampai 100 ml, ditambahkan setengah sendok batu didih dan 20
ml NaOH 30 %.
f) Setelah
itu labu penyulingan segera dihubungkan dengan alat pendingin dan disulingkan.
g) Sulingan
ditampung dengan Erlenmeyer 100 ml yang telah diisi dengan 15 ml asam borat 1 %
dan 3 tetes penunjuk campuran.
h) Penyulingan
dihentikan setelah 10 menit dihitung setelah tetes pertama.
i)
Amoniak yang tersuling
dititer dengan H2SO4 0,05 N sampai warna mulai menjadi
merah.
j)
Disamping itu diadakan
penetapan blanko.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Penetapan Kadar Air Tanah
Pada
penetapan kadar air tanah diperoleh hasil yaitu :
Berat tin
|
Berat tin + tanah
|
Berat tin+tanah kering konstan
|
|
Tin A
|
5,250
|
15,25
|
9,140
|
Tin B
|
6,457
|
16,457
|
9,143
|
Rata-rata
|
9,14
|
Perhitungan:
A. Penetapan
Kadar Air pada Keadaan Kering Udara :
1. Berat
tanah A
= berat tin + tanah kering mutlak A – berat tin A
= 9,140
– 5,250
= 3,89 gram
Berat tanah B = berat tin + berat tanah kering mutlak B – berat tin B
= 9,143 –
6,457
= 2,686 gram
2.
Berat air tanah A = 10
gram tanah – berat tanah kering mutlak A
=
10 – 9,140
=
0,86
Berat air tanah B = 10 gram tanah – berat tanah kering mutlak B
= 10 – 9,143
=
0,857
3. Kadar
air tanah A
Gram
tanah – berat tanah kering mutlak
% air = x
100%
Berat tanah kering mutlak
= 10 – 9,140 x 100%
9,140
=
0,09x 100 %
= 9 %
Kadar air tanah B
Gram tanah – berat tanah kering mutlak
% air =
x
100 %
Berat
tanah kering mutlak
=
10 – 9,143 x 100%
9,143
= 9 %
4.
Berat air rata-rata dari kedua hasil
diatas yang merupakan kadar air dari jenis tanah vertisol yang ada di Subak
Tegalantang yaitu :
9 % + 9 %
2
= 9%
B.
Penetapan Kadar Air pada Kapasitas lapang
(Field Capacity)
Setelah mencapai berat yang konstan, kadar
air dapat dihitung sama seperti cara di atas yaitu :
Berat
tanah mula-mula – berat tanah kering
mutlak
% air A = x
100%
Berat
tanah kering mutlak
=
10 – 9,140 x 100%
9,140
= 0,09 x 100 %
= 9 %
Berat tanah mula-mula – berat tanah kering mutlak
% air B = x
100%
Berat
tanah kering mutlak
=
10 – 9, 143 x 100%
9,143
=
0,09 % x 100%
= 9%
4.2 Penetapan Kemasaman Tanah (pH)
Hasil yang diperoleh dalam penetapan kemasaman tanah dari kedua sampel
tanah diperoleh hasil yaitu :
Ø pH IA = 6,094
Ø pH IB = 6,06
2 x 10 gram = duplo
pH =
pH IA + pH IB
2
= 6,94 + 6,06
2
=
6,50.
(Menurut Notohadiprawiro, 1985) tanah dapat
dipilahkan berdasarkan reaksi tanah atau pH sebagai berikut:
Reaksi Tanah
|
pH
|
Luar biasa asam
|
<4
|
Sangat Asam
|
4,0 – 5,0
|
Asam
|
5,0 – 6,0
|
Agak Asam
|
6,0 – 7,0
|
Agak basa
|
7,0 – 8,0
|
Basa
|
8,0 – 9,0
|
Sangat basa
|
9,0 – 10
|
Luar biasa Asam
|
> 10
|
Dari hasil perhitungan pH diatas
didapatkan hasil yaitu 6,50. Maka dapat disimpulkan bahwa tanah di daerah subak
Tegalantang pHnya agak asam yang berarti cukup netral.
4.3 Penetapan Kadar
Garam Total
Dalam praktek ini, penetapan
kadar garam total dilakukan dengan cara kehantaran listrik (Elektrical
conductivity = E.C) dalam mmho dan proses kadar garam totalnya = 0,109 E.C +
0,01.
dari penetapan kadar garam total
diperoleh hasil yaitu :
E.C IA = 958
E.C IB = 767
a.
Proses kadar garam total (%) IA :
= 0,109 E.C IA + 0,01
= 0,109 . 958 + 0,01
= 104,432 %
b.
Proses kadar garam total (%) IB :
= 0,109 E.C IB + 0,01
= 0,109 . 767 + 0,01
= 83, 613 %
Jadi proses
kadar garam total keseluruhan (IA +IB) :
= IA +IB %
2
=
104,432% + 83,613%
2
=
188,045 %
2
= 94,0225%
4.4 Penetapan Kadar Bahan Organik Tanah
Dalam
analisis tanah, penetapan kadar bahan organik tanah dapat dipergunakan untuk
menentukan tingkat kesuburan suatu jenis tanah. Tanah – tanah pertanian yang
subur umumnya mempunyai kadar bahan organik yang relativ tinggi.
Penetapan
kadar bahan organic tanah berdasarkan oksidasi. Dua cara oksidasi yang sering
digunakan dalam penetapan bahan organik adalah oksidasi basah dan oksidasi
kering. Oksidasi kering hanya digunakan untuk kalibrasi cara – cara basah
karena cara oksidasi kering ini membutuhkan banyak waktu. Cara oksidasi basah
dilakukan dengan kalium dichromat dalam larutan asam sulfat. Dari hasil praktikum diperoleh data sebagai
berikut :
Kadar
bahan organik tanah :
I
: 33,5 – 32,2 = 1,2
C = ( (1,2 – 0,2
) x 1 x 3 ) x 10. 100. 100%
100 77
100 x 0,09
= 3
x 1000 x 100 x 100 %
100 77
100
+ 0,09
= 3 x ( 100 x
0,09 ) x 100 x 100 %
100.000 77
=
3 x 0,001 x 12,98 x 100 %
=
3,89 %
BO = C X 100
58
= 3,89 % X 1,724
= 6,71 %.
Jadi
dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa kadar organik tanah
tinggi dengan hasil 6,71 % yang melebihi kadar organik pada umumnya yaitu 5 %.
Tanah tersebut dapat digolongkan subur dan kaya bahan organik. Namun perlu
diperhatikan apabila kadar organic terlalu tinggi tanpa diimbangi dengan
perbandingan proporsi bahan lain yang ideal, maka keadaan tanah tidak dapat
memenuhi syarat tumbuh dari suatu tanaman.
4.5
Penetapan Nitrogen Total dalam Tanah
Sebagian
besar nitrogen dalam tanah diperoleh dalam bentuk organic. Secara relatif hanya
sebagaian kecil dari nitrogen tanah terdapat dalam bentuk ammonium dan nitrat
yang merupakan bentuk nitrogen yang tersedia bagi tanaman.
Lazimnya
dua cara penetapan N total yang seringkali digunakan adalah cara Kjeldahl dan
cara Dumas. Cara Kjeldhal yang digunakan adalah cara – cara mikro, makro atau
ultra makro. Dalam penetapan N total dengan cara Kjeldahl, nitrogen diubah ke
dalam bentuk ammonium ( NH4 ), pada destruksi dengan asam sulfat pekat yang
mengandung katalis dan zat – zat kimia lainnya yang dapat meningkatkan suhu
pada waktu destruksi. Kemudian ammonium ditetapkan dari jumlah amoniak yang
dibebaskan pada penyulingan destruat. Dari hasil praktikum diperoleh data
sebagai berikut :
Diketahui
: Ml contoh : 3,1
Ml blanko : 0,4
NH2SO4 : 0,05
Dihitung
persentase N Total = …..?
Persen
N total = ( ml contoh – ml blanko ) x NH2SO4 X 1,4
= ( 3,1 – 0,4 ) X 0,05 X
1,4
= 2,7 X 0,04 X 1,4
= 0,189
Jadi
dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa kadar nitrogen dalam
tanah tergolong sedang yaitu mencapai 0,189.
makasi buat infonya kkak,, sangat membantu :D
BalasHapuskurang memadai pembahasannya...
BalasHapus