SISTEM KLASIFIKASI TANAH FAO/UNESCO
Sistem klasifikasi tanah ini dibuat dalam rangka pembuatan peta tanah dunia dengan skala 1 : 5.000.000. Peta tanah ini terdiri dari 12 peta tanah. Sistem ini terdiri dari 2 kategori. Kategori pertama setara dengan great soil group, dan kategori kedua setara dengan sub group dalam Taksonomi Tanah (USDA).
Untuk
pengklasifikasian, digunakan horison-horison penciri yang sebagian diambil dari
kriteria-kriteria horison penciri pada Taksonomi Tanah dan sebagian dari sistem
klasifikasi tanah ini. Nama-nama tanah diambil dari nama-nama tanah klasik yang
sudah terkenal dari Rusia, eropa barat, Kanada, Amerika Serikat dan beberapa
nama baru yang khusus dikembangkan untuk tujuan ini. Tampaknya dari nama-nama
tanah tersebut bahwa sistem ini merupakan komromi dari berbagai sistem dengan
tujuan agar diterima oleh semua pakar di dunia.
Beberapa
nama dan sifat tanah dalam kategori “great group” menurut sistem FAO/UNESCO
sebagai berikut :
Fluvisol :
Tanah-tanah berasal dari endapan baru, hanya mempunyai horison
penciri ochrik,
umbrik, histik atau sulfurik, bahan organik menurun tidak teratur dengan
kedalaman, berlapis-lapis.
Gleysol :
Tanah dengan sifat-sifat hidromorfik (dipengaruhi air sehingga
berwarna kelabu, gley dan lain-lain), hanya mempunyai
epipedon ochrik, histik, horison kambik,
kalsik atau gipsik.
Regosol :
Tanah yang hanya mempunyai epipedon ochrik. Tidak termasuk
bahan endapan
baru, tidak menunjukkan sifat-sifat hidromorfik, tidak bersifat mengembang dan
mengkerut, tidak didominasi bahan amorf. Bila bertekstur pasir, tidak memenuhi
syarat untuk Arenosol.
Lithosol : Tanah yang tebalnya hanya 10 cm
atau kurang, di bawahnya terdapat
lapisan batuan yang
padu.
Arenosol : Tanah dengan tekstur kasar (pasir),
terdiri dari bahan albik yang terdapat pada kedalaman 50 cm atau lebih,
mempunyai sifat-sifat sebagai horison argilik, kambik atau oksik, tetapi tidak
memenuhi syarat karena tekstur yang kasar tersebut. Tidak mempunyai horison
penciri lain kecuali epipedon ochrik. Tidak terdapat sifat hidromorfik, tidak
berkadar garam tinggi.
Rendzina : Tanah dengan epipedon mollik yang
terdapat langsung di atas batuan
kapur.
Ranker : Tanah dengan epipedon umbrik yang
tebalnya kurang dari 25 cm. Tidak ada horison penciri lain.
Andosol : Tanah dengan epipedon mollik atau
umbrik atau ochrik dan horison
kambik, serta mempunyai bulk density kurang dari
0,85 g/cc dan
didominasi bahan
amorf, atau lebih dari 60 % terdiri dari bahan vulkanik vitrik, cinder, atau
pyroklastik vitrik yang lain.
Vertisol : Tanah dengan kandungan liat 30 %
atau lebih, mempunyai sifat
mengembang dan
mengkerut. Kalau kering tanah menjadi keras, dan
retak-retak karena
mengkerut, kalau basah mengembang dan lengket.
Solonet : Tanah dengan horison natrik. Tidak
mempunyai horison albik dengan
sifat-sifat
hidromorfik dan tidak terdapat perubahan tekstur yang tiba-
tiba.
Yermosol : Tanah yang terdapat di daerah
beriklim arid (sangat kering), mempunyai epipedon ochrik yang sangat lemah, dan
horison kambik, argilik, kalsik atau gipsik.
Xerolsol : Seperti Yermosol tetapi epipedon
ochrik sedikit lebih berkembang.
Kastanozem : Tanah dengan epipedon mollik berwarna
coklat (kroma > 2), tebal 15 cm atau
lebih, horison kalsik atau gipsik atau horison yang banyak
mengandung bahan
kapur halus.
Chernozem : Tanah dengan epipedon mollik berwarna
hitam (kroma < 2) yang
tebalnya 15 cm atau
lebih. Sdifat-sifat lain seperti Kastanozem.
Phaeozem : Tanah dengan epipedon mollik, tidak
mempunyai horison kalsik,
gipsik, tidak mempunyai horison yang banyak mengandung kapur halus.
Greyzem : Tanah dengan epipedon mollik yang
berwarna hitam (kroma < 2), tebal 15 cm atau lebih, terdapat selaput
(bleached coating) pada permukaan
struktur tanah.
Cambisol : Tanah dengan horison kambik dan
epipedon ochrik atau umbrik, horison kalsik atau gipsik. Horison kambik mungkin
tidak ada bila mempunyai
epipedon umbrik yang
tebalnya lebih dari 25 cm.
Luvisol : Tanah dengan horison argillik dan
mempunyai KB 50 % atau lebih.
Tidak mempunyai
epipedon mollik.
Podzoluvisol : Tanah dengan horison argillik, dan batas
horison eluviasi dengan
Horison di bawahnya
terputus-putus (terdapat lidah-lidah horison eluviasi = tonguing).
Podsol : Tanah dengan horison spodik.
Biasanya dengan horison albik.
Planosol : Tanah dengan
horison albik di atas horison yang mempunyai
permeabilitas lambat
misalnya horison argillik atau natrik dengan
perubahan
tekstur yang tiba-tiba, lapisan liat berat, atau fragipan.
Menunjukkan
sifat hidromorfik paling sedikit pada sebagian horison
albik.
Acrisol : Tanah dengan
horison argillik dan mempunyai KB kurang dari 50 %.
Tidak
terdapat epipedon mollik.
Nitosol : Tanah dengan horison argillik,
dan kandungan liat tidak menurun lebih dari 20 % pada horison-horison di daerah
horison penimbunan liat maksimum. Tidak terdapat epipedon mollik.
Ferrasol : Tanah dengan
horison oksik, KTK (NH4Cl) lebih 1,5 me/100 g liat.
Tidak
terdapat epipedon umbrik.
Histosol : Tanah dengan
epipedon histik yang tebalnya 40 cm atau lebih.
Dalam tingkat sub group nama tanah terdiri dari dua patah
kata seeprti halnya sistem Taksonomi Tanah, dimana kata kedua menunjukkan nama
great group, sedangkan kata pertama menunjukkan sifat utama dari sub group
tersebut.
Contoh
:
Great
group : Fluvisol
Sub
group : Claseric Fulvisol
Great
group : Regosol
Sub
group : Humic Regosol
Daftar Pustaka
Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J.
Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The IOWA State University
Press, Ames.
Driessen, P.M and R. Dudal. 1989.1Major
Soil of the World. Agricultural University Wageningen. Amsterdam.
Hardjowigeno, S. 2003.
Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. CV. Akademika Pressindo, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar