Selasa, 19 Juni 2012

Pengujian Ekstrak Daun Suar dan Daun Sembung Delan (Tinjauan Pustaka)


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Banyak jenis tumbuhan tingkat tinggi dapat menghasilkan berbagai jenis senyawa melalui suatu proses metabolisme sekunder. Metabolit sekunder ini bisa bersifat sebagai anticipin (terbentuk sebagai bagian dari jaringan normal) maupun sebagai fitoaleksin (terbentuk sebagai respon atas adanya gangguan factor abiotik maupun factor biotic seperti pathogen). Satu jenis tanaman bisa mengandung beberapa jenis senyawa aktif baik sebagai insektisida, fungisida maupun bekterisida. Masing – masing senyawa aktif ini mempunyai sifat yang sangat beragam, baik dari segi rumus molekulnya, berat molekulnya, sifat fisiokimianya dan lain sebagainya. Salah satu contohnya adalah daun sirih. Sirih ( Piper betle L.) merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau bersandar pada batang pohon lain. Sebagai budaya daun dan buahnya biasa dimakan dengan cara mengunyah bersama gambir, pinang dan kapur. Namun mengunyah sirih telah dikaitkan dengan penyakit kanker mulut dan pembentukan squamous cell carcinoma yang bersifat malignan.
Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang (betIephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Sirih berkhasiat menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan. Selain itu, kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih hutan juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama penghisap
Polaritas adalah tingkat kelarutan dalam air merupakan sifat yang bisa dijadikan sebagai dasar untuk memisahkan senyawa yang beraneka ragam tersebut. Prinsip dasar yang dapat digunakan untuk pegangan adalah senyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar demikian sebaliknya, senyawa yang bersifat kurang polar/ non-polar akan larut dalam pelarut kurang/ non-polar. Peelarut yang mempunyai polaritas yang tinggi adalah methanol, sementara yang memiliki polaritas yang rendah adalah heksan. Ada sejumlah pelarut organic yang memiliki sifat polaritas diantara methanol dan heksan, seperti etil asetat, diethyl ether, dikhloro metan, chloroform dsb.


Pseudomonas sp.
Merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon. Keberhasilan penggunaan bakteri Pseudomonas dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon membutuhkan pemahaman tentang mekanisme interaksi antara bakteri Pseudomonas sp dengan senyawa hidrokarbon.
Kemampuan bakteri Pseudomonas sp. IA7D dalam mendegradasi hidrokarbon dan dalam menghasilkan biosurfaktan menunjukkan bahwa isolat bakteri Pseudomonas sp IA7D berpotensi untuk digunakan dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon.
EKSTRAKSI
Daun tanaman (seperti suar dan sembung delan) yang digunakan dalam percobaan ini, diambil zat aktifnya dengan ekstraksi. Ekstraksi dilakukan dengan mencincang kecil – kecil daun tanaman (segar) yang telah bersih. Hasil cincangan dikeringanginkan selama 2 – 3 hari. Daun tanaman yang telah kering dimaserasi di dalam methanol dengan perbandingan 1:10 (berat/volume) selama 48 jam dengan tujuan untuk menarik zat aktif pada bahan yang akan digunakan sebagai pestisida nabati. Fitrat diperoleh dengan penyaringan melalui 4 lapis kain kasa dilanjutkan dengan penyaringan dengan menggunakan kertas saring Whatman No 1 atau 2. Filtratnya ditampung (filtrate 1), sedangkan ampasnya direndam atau diekstrak lagi dengan 1 lt methanol dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu kamar. Lakukan kegiatan penyaringan sehingga akan diperoleh filtrate 2, dan ampasnya direndam lagi seperti prosedur sebelumnya, lakukan penyaringan sehingga diperoleh filtrate 3. Filtrate 1, 2 dan 3 dikumpulkan dan kemudian dievaporasi menggunakan vacuum rotary evaporator pada suhu 40°C, sehingga diperoleh ekstrak kasar. Ekstrak kasar ditimbang, dicatat beratnya dan dikalibrasi dengan berat methanol dalam volume yang sama dengan ekstrak kasar daun tanaman. Pengenceran ekstrak dilakukan dengan menambahkan air tween 80% - 10% sebagai pelarutnya. Selanjutnya dilakukan Bioassay ekstrak kasar terhadap serangga, jamur dan bakteri. Apabila ekstrak kasar bersifat aktif, maka dilanjutkan dengan fraksinasi dengan tujuan memisahkan senyawa yang bersifat aktif karena dalam ekstrak kasar masih banyak terdapat senyawa lain yang tidak aktif.

a.      Uji Aktifitas Antijamur dengan Metode Sumur Difusi
Pengujian dilakukan dengan menguji aktivitas antijamur ekstrak kasar daun suar dan daun sembung delan, serta campuran daun suar dan sembung delan terhadap F.oxysporum f.sp. capsici Petri yang telah berisi 10 ml media PDA dan 200 µl suspensi F.oxysporum f.sp. capsici dibiarkan memadat. Setelah padat sumur difusi dibuat masing – masing sebanyak 2 buah pada setiap petri dengan menggunakan cork borer. Setiap sumur difusi diisi dengan 20 µl ekstrak kasar daun tanaman. Menurut Ardiansyah (2005), jika zona hambatan ≥ 20 mm (daya hambat sangat kuat), 10 – 20 mm (daya hambat kuat), 5 – 10 mm (daya hambat sedang), dan < 5 mm (daya hambat kurang atau lemah).

b.      Uji Aktifitas Antibakteri dengan Metode Sumur Difusi
Pengujian dilakukan dengan menguji aktivitas abtibakteri ekstrak kasar campuran daun suar dan daun sembung delan terhadap Pseudomonas aeruginosa. Petri yang telah terisi 10 ml media PDA dan 1000 µl suspensi Pseudomonas aeruginosa dibiarkan memadat. Setelah padat sumur difusi dibuat masing – masing sebanyak 2 buah pada setiap petri dengan menggunakan cork borer. Setiap sumur difusi diisi dengan 20 µl ekstrak kasar daun tanaman. Menurut Ardiansyah (2005), jika zona hambatan ≥ 20 mm (daya hambat sangat kuat), 10 – 20 mm (daya hambat kuat), 5 – 10 mm (daya hambat sedang), dan < 5 mm (daya hambat kurang atau lemah).

Usulan Yang Materi yang Masihsih Terkait;

Tidak ada komentar:

Posting Komentar